Jumat, 30 Maret 2012

Malam yang Usang


ditengah malam yang mulai usang, aku menjadi saksi atas kemarahanmu…

kau berdiri dari balik bambu bersama dinginnya malam yang telah menerpa kulitku..

aku katakan cemburu pada pemanah yang durjana
seuntai kata yang kau kirim bersama kilat yang berlalu, talah mampu membunuh benih cintaku.

jangan lagi kau usap permata dalam kilaunya mutiara di dasar laut, karang ingin pula punya waktu bersama asinnya hidup, bukan dengan angkuhmu yang tutup mata dalam cerita cangkang yang telah kau biarkn menjadi sepi..




                                                        kambang, 22.02.2012

Rabu, 28 Maret 2012

pelangi di penghujung senja


aku memang tidak pandai dalam sains dan matematika, yang selalu membuat ku merasa minder dan tidak begitu banyak berteman dengan mereka yang selalu menghabiskan waktu istirahatnya hanya untuk membuka lembaran buku sains dan matematika, yang tebalnya seribu kali lipat dibanding buku panduan bermain gitar yang ku miliki. Aku juga punya buku-buku seperti itu, namun tidak pernah sedikit pun ku baca, bahkan menyentuhnya saja tangan ku ini sangat gemetar. Sebagian orang menyangka aku idiot yang punya keberuntungan, karena masih bisa satu sekolah dengan mereka yang selalu mengikuti olimpiade pada masa sekolah menengah pertama, tapi tidak menurut ku. aku merasa aku lebih pintar dari mereka yang hanya bisa menguasai salah satu dari ke tujuh tingkat kecerdasan.  Menurut psikolog terkenal Howard Gardner, yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki tujuh kecerdasan, meskipun dengan tingkat yang berbeda-beda. Keren bukan?......


tunggu kelanjutannya yeach!!!....................
apakah yang akan terjadi dengan tokoh aku selanjutmya?..,
yuhu...... akan kah kesombongan nya yang diikuti pemikiran para pakar, berlalu ataukah, memunculkan pemikiran baru yang lebih membuatnya terbang?..

Senja yang Mulai Kusam

Senja tersentak. Penghabisan senja; bayang-bayang sore yang masih melekat telah ditutupi warna kemerahan diufuk barat, lautan yang membentang. Birunya laut, sudah memudar di terpa angin yang menjanjikan kesejukan. Di tengah keramaian. Diantara wajah-wajah penuh bahagia itu, seorang wanita berdiri seperti patung, enggan bergerak. Matanya pun tak lepas dari satu titik penglihatan. Entah apa yang telah ia tembus dengan mata telanjang seperti itu, yang jelas saat deburan ombak mengejar bibir pantai, sesekali ia menyeringai, seakan marah dan menangis. Pakiaannya yang mencolok, membuat wanita itu menjadi pusat perhatian, dengan gaya seorang pahlawan revolusi. Baju merah dengan celana putih yang sudah kumal dan robek-robek. Kepala terikat dengan kokoh,dengan seuntai kain merah-putih, serupa kacu yang dipakai anak-anak pramuka. Kumal dan aneh.
            Ia berdiri tenang seakan tidak mau melepas senja saat ini. Begitu kuat ia menarik kepergian senja untuk selalu berada tepat dipandangannya. Sembari menunggu langkah senja berganti menjadi kelabunya malam, seorang pria berambut hitam yang mulai memutih, berlari terpingkal-pingkal, sarung yang dijadikan pengganti celana itu, untuk sekian kali ditarik keatas, karena selalu melorot saat langkahnya mulai cepat. Ia berdiri persis disamping wanita yang mematung itu. Terjadi sebuah perbincangan, ada senyuman dari sudut bibir pria lanjut usia itu. Sambil menunjuk kearah matahari yang hendak terbntam bersama deburan ombak sore bersama sedikit aura amarh yang menggemplkan tinju wanita yang dari tadi seakan tak ingin mendengarkan celotehan pria tua.
            “ aku dulu seorang pelayar yang tangguh. kau  tahu, huajn badai, dan terik mentari telah ku lalui. separuh umur telah ku baktikan pada keindahan laut yang sangat menantang ini. dan ribun bentuk gelombng bersama rasi bintang telah ku jadikan penglaman yang selalu ku simpan menjadi sebuah keabadian.” lontar pria tua dengan penuh semangat.
            Hanya ada dehaman, tidak sedikitpun ada senyum pada raut wajah wanita ini. Di sekitar  pantai, suasana sudah mulai sepi. Suara tawa dari anak-anakyang tengah bermain dengan kawannya, telah usai. Sekian pasang muda-mudi yang membentang kasihpun telah berlalu, beserta angin senja yang mulai basah. Manusia mondar-mandir menuju arah kepulangannya, angin semkin basah. Kini hanya ada jejak-jejak langkah yang tak berpola di atas pasir yang berubah warna karena basah.
Warna langit sudah memerah, seperti sakit saja. matahari seperti akan hilang dari kecondongan sebelumnya. semakin sepi. hening. dan tiba-tiba………..
“ya.. ya.. itu dia. itu dia yang telah lama ku tunggu-tunggu.” tiba-tiba, wanita itu melompat kegirangan, sambil berputr-putar dan menatap tajam kearah pria yang berdiri di sampingnya.

            Tidak puas hanya melompat dan berputar-putar, kini wanita itu pun berlari mengelilingi pria itu dengan sangat girang, hingga saat ia terjatuh, dengan kilatnya berdiri dan kembali berlari. Jika ia anak kecil, mungkin hal ini terjadi karena dapat permen atau tambahan uang saku. Tingkhnya begitu aneh saat melihat segerombolan lumba-lumba yang mulai melompat indh di sekitar lautan biru kemerahan itu. Pantulan warna matahari yang akan terbenam, begitu indah berpadu warna biru laut yang eksotik. Jika saat itu bianglala pun muncul, betapa indahnya segala wujud rahmat sang pencipta.
            Pria yang semula bercerita dengat semngat 45, kini meredup dan mulai mengerutkan dahinya, kebingungan sempat hadir dalam ceritanya yang belum usai, tentang kegagahannya yang telah pernah berlayar di lautan itu. Kini senja benar-benr akan beristirahat sejenak. Wanita itu, wanita yang tengah kegirangan berhenti, dan berjaan menuju pria tua yang mulai bingung. Tak ada cahaya yang bisa memantulkan kilau dari sebilah pisau yang telah ia genggam dibalik punggungnnya.
            “mati kau.. Mati ditanganku lebih baik. Ketimbng hukum membuatmu masih hidup, dan berkeliaran ditengah lukaku.” Wanita itu menceloteh, dengan tangan penuh darah segar selepas senja itu. celotehannya makin mengungkap siapa dia sebenarnya, wanita yang sering memantung menemani senja yang akan berlalu. “aku selama ini memang menunggumu, menunggu saat yang tepat, kau akan mti seperti ini. lumba-lumba itu yang menghantar mayat suamiku, saat kau bunuh ia ditengah lautan bersama puluhan orang lainnya. Kini kau dengan bangga menceritkan semua kesenanganmu berlayar, setelah mayat-mayat itu kau jadikan umpan untuk mencari keuntunganmu sendiri. Ha.ha.ha. pembaasan itu tiba.” ujar wanita itu dengan lega, tanpa merasa bersalah sedikitpun.
            “aku hanyalah seorang petani yang baru melihat lautan, dan selalu berharap bisa berlayar, dan semua yang ku ceritakan tadi akan jadi kenyataan.” sambil menahan rasa sakit karena tusukan, pria tua berlari menuju sinar matahari yang muai menghilang. Seperti mengikutu jejak menuju surga, ia teriakan sesuatu yang membuat wanita itu menangis, meraung dan merasa bersalah. “ kau jadikan senjamu kusam oleh dendam… Bukan aku, tapi kau, yang akan menjadikan senja indah berubah jadi kusam yang penuh diam. Aku hanya membela diri dalam situasi yang menyudutkanku.
Kini gelap telah datang. Angin basah telah berubah menjadi angin menakutkan. Semarak merahnya bumi oleh rona mentari yang akan terbenam, kini menepis burung hantu untuk bernyanyi. gelap.gelap. dan gelap.
           
           
                                                                                                                     19.10.2011_Padang

karya Yang Sesungguhnya




tuhan telah ciptakan kita dari begitu banyak berbedaan, tidak ada satupun manusia yang punya kesamaan total dengan manusia lainnya. adapun itu hanyalah persamaan dari secuil bentuk atau sikap dan sifat yang tidak menyeluruh. rambut boleh sama warnanya, tapi pola pikir tidak akan sama, adapun itu mungkin hanya kebetulan saja dalam kurun waktu tertentu, dalam situasi dan kondisi yang tertentu pula.
                banyak hal  yang bisa dilakukan manusia dari segala bentuk perbedaan yang saling mereka miliki, mulai dari perbedaan cara berpikir, dan hal ini menyangkut kualitas pemikiran dalam suatu hal yang tidak akan pernah bisa disamakan.
                punya pemikiran sendiri, ide sendiri, cara menguraikan sesuatu sendiri, bisa menambah kejelian seseorang dalam menggabungkan antar sesuati yang dihasilkan pemikiran yang ilmiah dengan perpadunnya dalam sebuah renungan yang mampu melihat tingkat imajinasi seseorang.
                bukan masalah baru, jika masih ada manusia yang tidak bisa mengembangkan potensi dari pemikirannya menjadi gabungan dalam sebuah imajinasi. “karya” berkarya dengan kemampuan yang dimiliki tentu akan mengubah sesuatu dalam diri sendiri, akan mampu menunjukkan “inilah saya yang sebenarnya” punya karya dan berkarya memang dari apa yang telah dimiliki dan yang semestinya untuk diperlihatkan. bagaimana jika berkarya dengan sesuatu yang telah disabotase kebenarannya?
Sebuah karya yang lahir dari idiologi serta imajinasi yang sesungguhnya adalah karya yang indah dan mahal harganya, kata mahal bukan ditujukan untuk melihat satuan materi, tapi mahal karena punya nilai tersendiri bagi penciptanya. serta karya itu punya makna sendiri yang tidak bisa dibandingkan atas apa yang bisa dilakukan seseorang, dengan melakukan sebuah plagiat karya..
Punya ide sendiri tentu sangatlah menyenangkan, tetapi ide yang hadir itu hendaklah punya kesucian yang abadi, bukan sekedar ide yang muncul dengan keanyiran dusta yang mencerminkan ketidakberdayaan dalam berkarya.
Apalah jadinya hidup ini untuk ke depannya, jika untuk punya satu karya saja mesti melakukan suatu kenistaan, yang akan punya hasil timpang tindih nantinya,. Lebih baik kita tak punya karya dari pada menampilkan sesuatu yang sama sekai tidak ada bobotnya. Munculnya sebuah karya atas nama, namun kenyataan yang sesungguhnya bukan dari potensi sipenulis itu sendiri, melainkan lahir dari ide curang yang hanya ingin memaparkan nama saja, apa itu bisa dikatakan sebuah karya ?. Ingat “ setiap kebusukan yang ada, seperti apapun hendak ditutupi keberadaannya, suatu saat nanti bau nya pasti akan tercium juga”.
KARYA…………….
Siapa yang tidak ingin punya karya, tetapi sebaiknya karya itu memang hasil dari pikiran kita yang utuh, bukan lahir dari pikiran kita untuk mengedit sesuatu yang telah ada, itu bukan karya namanya, tapi perubahan. Untuk apa kita melakukan perubahan yang sudah jelas punya makna sendiri dan utuh adanya, namun lakukanlah suatu perubahan itu memang ada niat baiknya, terhadap sesuatu yang belum punya makna dan belum bisa dikatakan utuh.
Sebagai generasi yang cinta akan suatu karya, hendaklah kita melihat celah yang baik dalam berkarya, lakukan apa yang kita bisa perbuat untuk menjadi sebuah karya, dalam aturan tertentu yang tidak merugikan oranglain, dan tidak untuk memunculkan nama kita yang sebenarnya kotor karena sebuah perbuatan dusta.

Senin, 26 Maret 2012


………. Senandung Rindu
Saat ini aku ingin bertanya pada malam yang kosong dalam diamnya dingin yang ingin membekukan senyumku saat ini. kenapa harus ada cinta yang pernah membuatku sakit, dan dikemudian waktu akulah yang menyakiti orang ain, karena egoku. aku bimbang dalam kesendirian tanpa jawab dari tanya yang mengikat jantungku, hingga darah berhenti pada waktu yang tidak tepat. kemana harus ku lempar tanya dan gundah, karena kau sekarnag telah menjadi miliknya. aku bukanlah orang yang munafik dalam masalah perasaan, meski terlalu sulit untuk menyatakan ia pada mereka.
sudahlah hati, jangan kau meronta dan membawa ku pada tangis.. Aku mungkin salah saat itu, tapi untuk saat ini dialah yang telah membuatku salah. sudahlah hati, cukup kau meratapi bentuk nafsu yang tak kunjung usai itu. aku lelah.. aku ingin berhenti dalam jalanku. kau telah ku beri pilihan, berhenti bersama lelahku atau terus berjalan dengan sakit ini?. Tapi kau malah diam.. Oh hati ku… Berhentilah menyakitiku.
Aku  berkunjung, dalam kosongnya hati dan sesaknya tangis yang ku tahan dari tengah hari tadi, bersama terik matahari yang seakan membakar semangatku sendiri….
Oh senja, kenapa kau tak buat lelahku menjadi senyum pada malam ini…?
Malam, aku masih berharap bahagia untuk esok dalam senyum yang ikhlas untuknya dalam pertemuan kami yang tak berarti, tapi aku dan dia kaku dalam rasa masing-masing, maaf aku bertanya padamu, meski jawab tak ku dapat saat ini : masihkah aku ada dalam hati dan pikirannya seperti dulu ia pernah menjadikanku permaisuri dikerajaan cintanya? aku malu jika harus bertengkar selalu dengan hati dan selalu membiarkan pikiran yang mengalah dan perasaan ini yang tertawa dalam sesak yang akan ku jadikan tangis…